Senin, 28 November 2011

Payung dan Orang Jepang


Akhir-akhir ini frekuensi hujan di Jepang meningkat tajam. Rasanya agak berbeda dengan musim panas tahun yang lalu. Daerah Yamaguchi bahkan dilanda  banjir. Hampir setiap hari langit mendung di Nagoya, dan hujan berketerusan walaupun dalam kuantitas yang tidak besar.
Payung menjadi bawaan sehari-hari.Payung barangkali tidak termasuk barang yang dipentingkan di Indonesia karena fungsinya yang hanya dipergunakan untuk menahan hujan. Tetapi payung di Jepang berfungsi untuk dua hal, menahan hujan dan menahan panas. Untuk itu ada dua jenis payung yang dijual di Jepang, yaitu payung untuk musim hujan yang umumnya berbahan nylon atau plastik, dan payung untuk musim panas yang berbahan dasar kain. Payung musim panas biasanya lebih cantik dari segi designnya. Barangkali karena bahan kain lebih mudah dikembangkan menjadi model macam-macam.
Tapi menjadi repot kalau pagi hujan dan siangnya panas, payung yang mana yang harus dibawa ? Saya biasanya membawa payung kecil anti hujan dan topi lebar untuk menahan panas. Lebih ringan dan praktis :D
Berbicara tentang payung di Jepang, orang pasti langsung teringat dengan payung bening yang kadang-kadang kalau pulang ke Indonesia, keluarga dan teman-teman suka memintanya sebagai oleh-oleh. Ya, payung bening merupakan trade mark Jepang, tetapi payung ini juga sebenarnya payung yang paling murah. Dengan hanya 105 yen, payung ini bisa dibeli di toko 100 yen shop (5 yen pajak), tetapi tentu saja mutunya rendah. Kalau mau yang lebih kuat sedikit dapat diperoleh dengan harga 500 yen. Saya tidak pernah membeli payung seperti ini karena selalu saja diberi oleh teman-teman. Di antara semua jenis payung, barangkali payung bening merupakan jenis yang paling sering hilang atau diambil dengan sengaja. Meskipun sering diberi, saya pun sering kehilangan payung seperti ini. Kadang-kadang di kafetaria kampus, di kampus, atau di dalam kereta.
Di setiap stasiun, di dekat mesin tiket biasanya ada kotak persegi untuk menaruh payung bertuliskan 友愛の傘(yuuai no kasa) artinya payung untuk teman tercinta. Ya, tempat itu sengaja dibuat untuk meletakkan payung bagi siapa yang merasa telah mengambil payung orang lain dan hanya memakainya sampai di stasiun. Saya malah kadang-kadang menaruh payung bening di situ karena tiba-tiba saja langit menjadi cerah. Supaya tidak berat membawanya, titipkan saja payung di situ. Jika sampai waktu pulang tidak hujan, dijamin payung itu pasti masih ada di situ. Tidak akan ada yang memakainya jika tidak hujan.
Payung bagi orang Jepang juga merupakan tradisi. Jika pergi ke Kyoto, maka salah satu oleh-oleh menarik adalah payung khas Jepang yang kokoh, yang sering dipakai oleh geisha atau maiko san berjalan-jalan dengan kimononya yang cantik.


Payung buatan Jepang terkenal sangat kuat. Merk-merk ternama biasanya dijual dengan harga ratusan
ribu.Payung hitam di atas terkesan biasa saja. Tapi harganya mencapai 163.800 yen (1 yen = Rp 100).
Ada pendapat di kalangan orang Jepang yaitu lebih baik membeli payung dengan harga yang mahal, misalnya
10.000 yen atau 20.000 yen sebuah daripada membeli payung-payung murah seharga 1000 yen. Ya, sebenarnya ini alasan psikologis saja. Jika kita mempunyai payung mahal, maka otomatis kita akan menjaganya supaya tidak hilang, memakainya dan melipatnya dengan benar. Tetapi jika payung yang kita beli harganya murah, maka perlakuannya pun akan sembarangan. Hilang pun tak mengapa. Payung-payung seharga puluhan ribu jika tidak hilang akan awet dipakai selama 20 tahun. Tetapi payung-payung seharga 500 yen atau 1000 yen, tidak akan kuat selama setahun.
Penelitian tentang jenis dan bentuk payung pun menjadi hal yang berkembang di Jepang dan di dunia.
Beberapa waktu lalu di sebuah channel TV disiarkan jenis payung baru yang sangat kuat untuk kondisi taifun. Bentuknya seperti ini :


Produsen payung Jepang yang ternama terus menjaga kualitas produknya, sekalipun sekarang menjamur
payung murah dari Cina yang kata teman-teman saya sekali beli untuk sekali pakai, orang-orang Jepang tetap fanatik dengan payung buatan dalam negeri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar